"Aku dianu ayuk acha yang kelas 6" )*seseorang anak melaporkan perihal
yang tidak menyenangkan kakak tingkatnya di sekolah kepada ibunya.
*(Aku dipukul kak acha dari kelas 6)
***
Pagi ini, suasana sekolah seperti biasa ramai lancar :D (seperti jalan raya ya). Kejadian pagi ini menyisakan sebuah pengalaman tentang sifat anak yang menjadi 11-12 dengan orang tua.
"Anak aku dianu acha dari kelas 6" seorang ibu tiba-tiba datang ke kantor guru sambil mengomel " dio laju dak galak sekolah lantak dianu kemaren"
Beberapa guru yang ada di ruang sekolah itu kaget dengan kedatangan ibu tersebut.
Lanjut cerita, kedua anak itu di pertemukan bersama saksi, si adek (korban) dan si kakak (tersangka) serta si teman kakak (saksi). Seorang Guru BK mengambil peran untuk menanyakan kebenaran dari ucapan Ibu si adik kepada si kakak.
Guru BK : kak, apo bener si kakak memukul si adek?
Si kakak : Idak bener bu.(Wajah si kakak mengeras di beberapa sudut mukanya)
Guru BK mengangguk.
Guru BK : dek, si kakak kemarin mukul sebelah mano?
Si adik : iyo bu
Guru BK : sebelah mano?
Si adik : sebelah sini (sambil menunjuk ke arah punggung)
Guru BK : berapo kali?
Si adik : duo kali, bu
Guru BK kemudian bertanya kepada si teman kakak.
Guru BK : teman kakak, apa benar kakak memukul si adik?
Teman kakak hanya menggeleng.
Guru BK : tidak boleh bohong ya?
Teman kakak hanya diam.
Guru BK kemudian hening, dan mengajak si Ibu adik berbicara empat mata. Penyelesaian kali ini sedikit berbeda dengan masalah-masalah sebelumnya. Karena si kakak berbohong. Sepertinya Guru BK memberikan pendekatan yang berbeda untuk menyikap kebenarannya.
Singkatnya, si kakak diberi sebuah treatment yang membuat si kakak berkata jujur.
"Aku idak mukul si adek bu, cuma nyenggol adek be 2 kali"
Mungkin dengan porsi badan si kakak yg besar membuat kata "nyenggol" terdengar miris.
Akhirnya perkelahian si kakak dan adik ini berakhir dengan sebuah surat perjanjian.
Well, mungkin surat perjanjian yang di tulis tidak mengajarkan untuk berhenti berbohong. Anak-anak kecil masih dalam tahap perkembangan diri, yah dimulai dengan perkembangan otak dan mental anak-anak.
Kita memberi masukan positif pada anak, maka anak akan berkembang menjadi pribadi yang baik dan positif. Begitu juga dengan sebaliknya. Berkata bohong akan mendidik anak untuk ikut berbohong kepada orang lain. Walaupun disini saya belum menjadi seorang ibu, setidaknya belajar dari berkata dengan adik saja, sudah mengajarkan kita untuk tidak meracuni orang lain dengan perbuatan dan kata-kata negatif.
Terima kasih semoga bermanfaat ^,^
*pelukcium*
@RN_Arini
*(Aku dipukul kak acha dari kelas 6)
***
Pagi ini, suasana sekolah seperti biasa ramai lancar :D (seperti jalan raya ya). Kejadian pagi ini menyisakan sebuah pengalaman tentang sifat anak yang menjadi 11-12 dengan orang tua.
"Anak aku dianu acha dari kelas 6" seorang ibu tiba-tiba datang ke kantor guru sambil mengomel " dio laju dak galak sekolah lantak dianu kemaren"
Beberapa guru yang ada di ruang sekolah itu kaget dengan kedatangan ibu tersebut.
Lanjut cerita, kedua anak itu di pertemukan bersama saksi, si adek (korban) dan si kakak (tersangka) serta si teman kakak (saksi). Seorang Guru BK mengambil peran untuk menanyakan kebenaran dari ucapan Ibu si adik kepada si kakak.
Guru BK : kak, apo bener si kakak memukul si adek?
Si kakak : Idak bener bu.(Wajah si kakak mengeras di beberapa sudut mukanya)
Guru BK mengangguk.
Guru BK : dek, si kakak kemarin mukul sebelah mano?
Si adik : iyo bu
Guru BK : sebelah mano?
Si adik : sebelah sini (sambil menunjuk ke arah punggung)
Guru BK : berapo kali?
Si adik : duo kali, bu
Guru BK kemudian bertanya kepada si teman kakak.
Guru BK : teman kakak, apa benar kakak memukul si adik?
Teman kakak hanya menggeleng.
Guru BK : tidak boleh bohong ya?
Teman kakak hanya diam.
Guru BK kemudian hening, dan mengajak si Ibu adik berbicara empat mata. Penyelesaian kali ini sedikit berbeda dengan masalah-masalah sebelumnya. Karena si kakak berbohong. Sepertinya Guru BK memberikan pendekatan yang berbeda untuk menyikap kebenarannya.
Singkatnya, si kakak diberi sebuah treatment yang membuat si kakak berkata jujur.
"Aku idak mukul si adek bu, cuma nyenggol adek be 2 kali"
Mungkin dengan porsi badan si kakak yg besar membuat kata "nyenggol" terdengar miris.
Akhirnya perkelahian si kakak dan adik ini berakhir dengan sebuah surat perjanjian.
Well, mungkin surat perjanjian yang di tulis tidak mengajarkan untuk berhenti berbohong. Anak-anak kecil masih dalam tahap perkembangan diri, yah dimulai dengan perkembangan otak dan mental anak-anak.
Kita memberi masukan positif pada anak, maka anak akan berkembang menjadi pribadi yang baik dan positif. Begitu juga dengan sebaliknya. Berkata bohong akan mendidik anak untuk ikut berbohong kepada orang lain. Walaupun disini saya belum menjadi seorang ibu, setidaknya belajar dari berkata dengan adik saja, sudah mengajarkan kita untuk tidak meracuni orang lain dengan perbuatan dan kata-kata negatif.
Terima kasih semoga bermanfaat ^,^
*pelukcium*
@RN_Arini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar