Riak air yang semakin gemuruh ini sama besarnya dengan riak gemuruh hati yang tak terbendung. Bendungan besar yang aku bangun untuk menutup semua kegelisahan akan perasaan ini pun kemudian runtuh. Hancur. Bahkan kepingannya telah luluh lantak menjadi debu yang tertiup angin lembut. Melayang entah kemana.
Ah!!!
Aku benci berpura-pura untuk tak mencintainya. Aku benci berusaha sekuat tenaga untuk tenang setiap mendengar namanya disebut. Pokoknya aku benci.
Angin dengan lembut selalu menyadarkan aku untuk bersikap sadar, tenang, bahkan membujukku untuk lebih tenang menatapnya.
Heh!!! berhenti menghindar dari semua rasa yang tersimpan. Bukankah rasa itu harus disampaikan. Aku mundur. aku mundur. dan aku mundur.
Lantas untuk apa selalu ada bersama???
Bukankah akan lebih menyakitkan? Membunuh rasa atau membuat hati menjadi hitam membusuk dengan kepura-puran ini??
Dengarkan. Aku benci ketika namanya disebut. Bahkan aku ingin memaki kenapa selalu menyebut namanya. Tak pernah sadarkah siapa yang selalu ada disaat yang seperti itu??
Aku berhenti berpura-pura. Aku berhenti memaki kenapa selalu ada namanya diingatan itu. Aku berhenti untuk menyimpan cinta yang menyakitkan.
follow @RN_Arini *,*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar