Halaman

Rabu, 11 Desember 2013

[AGAIN] I See You Again



“Tulisan ini diikutsertakan dalam “Birthday Giveaway “When I See You Again” di blog: http://itshoesand.wordpress.com



Drrrrr... Drrrrr.... Drrrr......
Lampu LED di Blackberry ku berkedap kedip. Getarannya membuatku mengalihkan padanganku dari kertas-kertas jawaban siswa. Fadli. Aku selalu menghela nafas berat ketika membaca pesan singkat darinya ini. Baru-baru ini Fadli rutin mengirimku pesan. Dari mulai menanyakan kabar hingga berbasa-basi yang tak jelas.
Dan berhasil menguak luka yang hampir saja mongering.


***

"Nonton konser MLTR mb?" Sapa seorang lelaki yang berdiri di depan pintu masuk.
Aku baru saja sadar kalau aku sudah mendarat dengan terengah-engah di kantor Radio Gema Gembira ini.
"Huumh"
"Suka MLTR mb?"
Aku hanya menjawab dengan anggukan cepat, dan segera bergeser mencari tempat mengantri.
"Duduk saja dulu mb, giliranmu setelah saya, nanti saya kabarin deh kalau sudah dekat giliranmu" Tanpa sadar laki-laki itu mengambil alih Blackberry dari tanganku dan mengetikan sesuatu disana. Selesai. Tidak butuh waktu lama. Aku tersihir. Tak banyak berkomentar. Dangan patuh melangkah duduk di sofa yang telah di sediakan.

***
"Selamat ulang tahun ke 17, Dira"
Ucapan selamat ulang tahun pertama kali yang diucapkan laki-laki ini. Hanya terpaut 2 tahun selisih umur kami. Tapi puncak rasa suka itu telah merajai hatiku bahkan hingga pikiranku. Kedekatan kamu berjalan seperti sebuah Takdir dan kebetulan. Dan parahnya kebetulan ini dimulai dari kedekatannya dengan Reira. Yah. Reira, sahabat sekaligus teman sebangku di sekolah, yang terkenal cantik dan susah jatuh cinta ini sudah jauh tergila-gila pada laki-laki ini.
Lantas bagaimana denganku? Adakah terselip perasaan yang sama terhadapnya?
***
"Aku mencintai Kak Fadli dan aku mau mau ngajak kak Fadli jadian".
Ucapan getir yang aku terima dari seorang Reira. Bukannya aku tak bahagia dengan hal itu. Tapi ada sengatan listrik yang menyakitkan ketika nama Fadli disebut. Fadli yang selalu mempunyai cara sendiri ketika bertukar pandang dan senyum kepadaku. Tapi kenyataannya aku tak berani mengatakan apapun tentang perasaanku ke Fadli. Aku lebih menjaga perasaan Reira, sahabatku yang sudah kadung jatuh cinta padanya.


***
"Dira, kamu berkhianat!!!"

Suara bergetar Reira telah menghantui diriku selama 3 tahun terakhir ini. Hubungan persahabatan kami putus. Reira sangat membenciku. Fadli menghilang. Aku tidak tahu penyebab perkataan itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi tentang hal ini. Aku mengubur semua perasaan yang semakin tak jelas ini. Hingga sebuah pesan singkat terkirim.
"Dira maafkan, jika aku mencintaimu. Aku berharap bisa menjelaskan semuanya denganmu. Fadli."

Dan semuanya berkonspirasi menyembunyikan Fadli bersama perasaan yang tak terungkap.

***

"Ms. Dira, how are you?"

Aku berbalik badan ketika seseorang menyapaku. Senyum itu. Wajah itu. Aku bahkan tak pernah melupakan sedikitpun luang di wajah itu. Yah, kedekatan kami kala itu menyibakan rasa yang terpendam kembali meraba perih. Sudah hampir 5 tahun aku tak melihatnya. Tapi aku masih sangat hafalan lekukan di wajahnya ini. Aku ingin memaki diriku sendiri. Sial.
"Fine" aku hanya singkat menanggapi.
Fadli meraih tanganku. Masih jelas terasa hangat tangannya tak pernah berubah. Aroma parfumnya masih belum berubah. Sial. Lagi-lagi aku slideshow perkenalan pertama itu bermain penuh sakit dan rindu. Seharusnya, 5 tahun berlalu aku bisa melupakannya, tapi tidak dengan hal ini.
" Maafkan aku, Dira".
Kalimat terakhirnya, sebelum sesorang muncul dari belakang tubuhnya. Reira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar