“Tulisan ini diikutsertakan dalam “Birthday Giveaway “When I See You Again” di blog: http://itshoesand.wordpress.com “
Drrrrr... Drrrrr.... Drrrr......
Lampu LED di Blackberry ku
berkedap kedip. Getarannya membuatku mengalihkan padanganku dari kertas-kertas
jawaban siswa. Fadli. Aku selalu menghela nafas berat ketika membaca pesan
singkat darinya ini. Baru-baru ini Fadli rutin mengirimku pesan. Dari mulai
menanyakan kabar hingga berbasa-basi yang tak jelas.
***
"Nonton konser MLTR mb?" Sapa seorang lelaki yang berdiri di depan pintu masuk.
Aku baru saja sadar kalau aku sudah mendarat dengan terengah-engah di kantor Radio Gema Gembira ini.
"Nonton konser MLTR mb?" Sapa seorang lelaki yang berdiri di depan pintu masuk.
Aku baru saja sadar kalau aku sudah mendarat dengan terengah-engah di kantor Radio Gema Gembira ini.
"Huumh"
"Suka MLTR mb?"
"Suka MLTR mb?"
Aku hanya menjawab dengan
anggukan cepat, dan segera bergeser mencari tempat mengantri.
"Duduk saja dulu mb, giliranmu setelah saya, nanti saya kabarin deh kalau sudah dekat giliranmu" Tanpa sadar laki-laki itu mengambil alih Blackberry dari tanganku dan mengetikan sesuatu disana. Selesai. Tidak butuh waktu lama. Aku tersihir. Tak banyak berkomentar. Dangan patuh melangkah duduk di sofa yang telah di sediakan.
"Duduk saja dulu mb, giliranmu setelah saya, nanti saya kabarin deh kalau sudah dekat giliranmu" Tanpa sadar laki-laki itu mengambil alih Blackberry dari tanganku dan mengetikan sesuatu disana. Selesai. Tidak butuh waktu lama. Aku tersihir. Tak banyak berkomentar. Dangan patuh melangkah duduk di sofa yang telah di sediakan.
***
"Selamat ulang tahun ke 17, Dira"
Ucapan selamat ulang tahun
pertama kali yang diucapkan laki-laki ini. Hanya terpaut 2 tahun selisih umur
kami. Tapi puncak rasa suka itu telah merajai hatiku bahkan hingga pikiranku.
Kedekatan kamu berjalan seperti sebuah Takdir dan kebetulan. Dan parahnya
kebetulan ini dimulai dari kedekatannya dengan Reira. Yah. Reira, sahabat
sekaligus teman sebangku di sekolah, yang terkenal cantik dan susah jatuh cinta
ini sudah jauh tergila-gila pada laki-laki ini.
Lantas bagaimana denganku? Adakah terselip perasaan yang sama
terhadapnya?
***
"Aku mencintai Kak Fadli dan aku mau mau ngajak kak Fadli jadian".
"Aku mencintai Kak Fadli dan aku mau mau ngajak kak Fadli jadian".
Ucapan getir yang aku terima dari
seorang Reira. Bukannya aku tak bahagia dengan hal itu. Tapi ada sengatan
listrik yang menyakitkan ketika nama Fadli disebut. Fadli yang selalu mempunyai
cara sendiri ketika bertukar pandang dan senyum kepadaku. Tapi kenyataannya aku
tak berani mengatakan apapun tentang perasaanku ke Fadli. Aku lebih menjaga perasaan Reira, sahabatku
yang sudah kadung jatuh cinta padanya.
***
"Dira, kamu berkhianat!!!"
Suara bergetar Reira telah menghantui diriku selama 3 tahun terakhir ini. Hubungan persahabatan kami putus. Reira sangat membenciku. Fadli menghilang. Aku tidak tahu penyebab perkataan itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi tentang hal ini. Aku mengubur semua perasaan yang semakin tak jelas ini. Hingga sebuah pesan singkat terkirim.
"Dira maafkan, jika aku
mencintaimu. Aku berharap bisa menjelaskan semuanya denganmu. Fadli."
Dan semuanya berkonspirasi menyembunyikan Fadli bersama perasaan yang tak terungkap.
***
"Ms. Dira, how are you?"
Dan semuanya berkonspirasi menyembunyikan Fadli bersama perasaan yang tak terungkap.
***
"Ms. Dira, how are you?"
Aku berbalik badan ketika seseorang menyapaku. Senyum itu. Wajah itu. Aku bahkan tak pernah melupakan sedikitpun luang di wajah itu. Yah, kedekatan kami kala itu menyibakan rasa yang terpendam kembali meraba perih. Sudah hampir 5 tahun aku tak melihatnya. Tapi aku masih sangat hafalan lekukan di wajahnya ini. Aku ingin memaki diriku sendiri. Sial.
"Fine" aku hanya
singkat menanggapi.
Fadli meraih tanganku. Masih
jelas terasa hangat tangannya tak pernah berubah. Aroma parfumnya masih belum berubah. Sial.
Lagi-lagi aku slideshow perkenalan
pertama itu bermain penuh sakit dan rindu. Seharusnya, 5 tahun berlalu aku bisa
melupakannya, tapi tidak dengan hal ini.
" Maafkan aku, Dira".
Kalimat terakhirnya, sebelum sesorang
muncul dari belakang tubuhnya. Reira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar